Kongres BEM PTAI Se-Indonesia Ricuh di Palembang, Ini Faktanya
Kongres Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) se-indonesia yang di gelar di palembang beberapa waktu lalu berlangsung ricuh. Peristiwa ini menjadi sorotan banyak pihak, terutama mahasiswa dan akademisi, karena sejatinya kongres semacam ini bertujuan untuk membahas isu setrategis terkait pendidikan tinggi dan kemahasiswaan di indonesia.
Kronologi Kericuhan
Kongres BEM PTAI se-Indonesia di gelar pada tanggal 12 November 2025 di salah satu hotel di palembang. Awalnya, agenda berjalan sesuai jadwwal, mulai dari pembukaan, sesi sambutan pimpinan perguruan tinggi, hingga diskusi kelompok. Namun, kericuhan terjadi saat pemilihan pengurus pusat BEM PTAI periode 2025-2026.
Beberapa sumber menyebutkan,kericuhan di picu oleh perbedaan pendapat mengenai mekanisme pemilihan yang di anggap tidak transparan oleh sebagian peserta. Saling dorong dan adu argumen antara delegasi dari berbagai kampus tak terhindarka. Pihak kepolisian dan pengamanan hotel kemudian turun tangan untuk menenangkan situasi, namun beberapa peserta semapt mengalami luka ringan akibat dorongan fisik dan terjangan kerumunan.
Baca Juga: Universitas Matana Wisuda ke-7, Cetak Lulusan Inovatif
Faktor Pemicu Kericuhan
Menurut pengamat pendidikan tinggi, ada beberapa faktor yang menyebabkan kericuhan ini:
- Kurangnya regulasi pemilihan yang jelas – Beberapa delegasi merasa prosedur pemilihan tidak sesuai kesepakatan awal.
- Perbedaan kepentingan antar kampus – Setiap kampus memiliki agenda masing masing yang kadang berbenturan dengan kepentingan kelompok lain.
- Kurangnya mediator independen – Tidak adanya pihak netral yang memimpin jalannya pemilihan memperparah konflik saat terjadi perbedaan pendapat.
Selain itu, faktor emosional dan antusiasme tinggi apra peserta juga turut memperkeruh suasana. Banyak mahasiswa yang datang dengan semangat untuk menyuarakan aspirasi, namun belum di bekali mekanisme komunikasi yang efektif.
Dampak Kericuhan
Kericuhan ini memiliki dampak yang cukup siginifikan bagi citra BEM PTAI dan mahasiswa secara umum. Beberapa dampak yang terlihat antara lain:
- Reputasi BEM PTAI menurun – Publik menganggap bahwa mahasiswa belum mampu mengolah organisasi secara dewasa dan tertib.
- Rencana kerja terganggu – Agenda kongres seperti pembahahsan program nasional mahasiswa dan kerja sama antar perguruan tinggi terpaksa tertunda.
- Peningkatan pengawasan – Pihak kampus dan kementrian agama kemungkinan akan memperketat regulasi untuk kongres berikutnya.
Meskipun begitu, beberapa pihak menekankan bahwa kericuhan ini bisa menjadi momentum pembelajaran. Mahasiswa di harapkan mampu mengambil pelajaran penting terkait manajemen organisasi, komunikasi efektif, dan penyelesaian konflik secara damai.
Upaya Penyelsaian
Setelah kericuhan, panitia kongres melakukan mediasi antara delegasi yang berseteru. Beberapa keputusan penting di putuskan untuk di selesaikan melalui musyawarah internal kampus masing masing, sementara pemilihan pengurus panitia pusat di tunda hingga waktu yang di tentukan kemudian.
Pakar pendidikan menyarankan agar ke depan, kongres semacam ini memiliki aturan main yang lebih jelas, mediator independen, serta mekanisme pengaduan yang transparan. Hal ini penting agar tujuan kongres yaitu memajukan kualitas organisasi mahasiswa dan pendidikan tinggi dapat tercapai tanpa gangguan.
Kesimpulan
Kericuhan kongres BEM PTAI se-Indonesia di palembang menunjukkan tantangan besar dalam penyelenggaraan forum mahasiswa tingkat nasional. Meski menimbulkan sorotan negatif, kajadian ini bisa menjadi pelajaran berharga untuk membangun budaya organisasi mahasiswa yang lebih profesional, tertib, dan demoktratis. Pihak kampus dan mahasiswa di harapkan dapat bekerja sama untuk memastikan kongres berikutnya berlangsung aman dan produktif, sehingga aspirasi mahasiswa dapat tersalurkan dengan baik.